21 September, 2014

Tarhib Mahasiswa Baru

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu, dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah, ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Mengenal." – (QS.49:13)

Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta'ala yang atas nikmatnya, PIP PKS Sudan bisa menyelenggarakan acara Tarhib Thullab al-Judud (Sabtu, 20 September 2014) yaitu penyambutan seluruh mahasiswa Indonesia yang baru menginjakkan kaki di bumi Sudan pada tahun ajaran 2014-2015. Jumlah peserta yang hadir sekitar 50 orang utusan dari berbagai pondok pesantren, organisasi, dan instansi seperti IKPM Gontor, PP Ar-Royah, Depag, KPLN, PP Al-Fatah, dan lainnya.

Acara Tarhib ini meliputi ta'aruf antar mahasiswa, pengenalan PIP PKS Sudan, pemutaran video kegiatan PIP PKS Sudan, dan makan malam serta pemberian cenderamata. Dalam acara ini, ketua PIP PKS Sudan, Ustadz Taufiqurrahman, Lc. pun turut memberikan sambutan dan memberi pesan bagi mahasiswa baru dengan mengutip perkataan Imam Syafi'i yaitu;
اصبر على مرِّ الجفا من معلمٍ
فإنَّ رسوبَ العلمِ في نفراتهِ
ومنْ لم يذق مرَّ التعلمِ ساعةً 
تجرَّعَ نلَّ الجهل طولَ حياته
ومن فاتهُ التَّعليمُ وقتَ شبابهِ 
فكبِّر عليه أربعاً لوفاته
وَذاتُ الْفَتَى ـ واللهِ ـ بالْعِلْمِ وَالتُّقَى
إذا لم يكونا لا اعتبار لذاتهِ
Tabahlah…
Atas pedihnya kekerasan pengajar
Karena kekokohan ilmu itu berada dalam kesulitan
Barangsiapa tidak mencicipi pahitnya belajar
Dia akan menelan kehinaan bodoh selama hidup
Barangsiapa waktu mudanya tidak sempat belajar
Maka bacakan takbir 4 kali karena kematiannya
Demi Allah
Hidup seorang pemuda itu tergantung ilmu dan takwa
Bila keduanya tidak ada, keberadaanya tidak dianggap
Semoga acara ini adalah awal dari persaudaraan yang tak akan putus kecuali dengan kehendak-Nya.






















Read more »

14 September, 2014

Syiar MABIT : Ukhuwah Islamiyyah

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
 "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat." QS Al-Hujurat : 10

Ketika ummat berbicara tentang ukhuwah, maka mereka berbicara pula tentang persaudaraan, kasih sayang antar sesama manusia, saling membantu dan menolong, dan bersatu dalam kebaikan.

Dewasa ini dalam geliat pergerakan dan dakwah Islam, banyak didapati di dalam tubuh ummat perpecahan karena perbedaan-perbedaan yang melintas. Perbedaan dalam hal memahami al-Qur'an dan Sunnah, perbedaan dalam memahami kalimat-kalimat peninggalan para ulama terdahulu, perbedaan dalam menyikapi syariat, perbedaan dalam mengamalkan amalan, perbedaan dalam menegakkan hukum, dan sebagainya. Banyaknya ikhtilaf yang makin meruncing kemudian berlanjut -dalam sebagian kasus- bertransformasi menjadi perselisihan terbuka yang mengundang pula perilaku-perilaku seperti saling mengejek, su'udzon, ghibah, saling mencurigai, bahkan saling berkonfrontasi melalui baku hantam.

Tentunya diperlukan pendidikan dan penanaman nilai-nilai perdamaian antara saudara sesama muslim untuk membasmi dan menghindari pertikaian di atas.

Sadar dengan hal ini, PIP PKS Sudan mengadakan penanaman nilai ukhuwah islamiyyah dimulai dari lingkungan terdekat -kalangan mahasiswa Indonesia di Sudan- melalui MABIT (Malam Bina Iman & Taqwa) yang bersyi'ar Ukhuwah Islamiyyah di Markaz Dakwah PKS Sudan pada tanggal 11-12 September 2014 Kamis hingga Jum'at.

Acara MABIT meliputi tadabbur al-Qur'an surat Al-Hujurat ayat 9-13, hafalan hadits yang bertemakan persaudaraan antar muslim, taujih, qiyamullail, serta pertandingan persahabatan futsal dengan rekan-rekan alumni Pondok Pesantren Ar-Royah Sukabumi.

Semoga Allah terus membantu kita untuk istiqomah dalam menjalin persaudaraan dan persahabatan karena-Nya hingga akhirat nanti.











Read more »

10 July, 2014

Prabowo-Hatta Menang Telak di Sudan

 KHARTOUM—Pasangan capres-cawapres nomor urut satu Prabowo Subianto & Hatta Rajasa memperoleh 73,6% suara pada pemilihan presiden yang diselenggarakan di Khartoum, Sudan  oleh Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Sudan.

Adapun pasangan capres-cawapres nomor urut dua Joko Widodo & Jusuf Kalla  mendapat 24,9% dan jumlah surat suara tidak sah sebanyak 1,3% berdasarkan hasil penghitungan suara di KBRI Khartoum pada hari Rabu (9/7) pukul 16.00 waktu setempat.

Prabowo-Hatta mendapatkan total 266 suara, sementara Joko Widodo-JK mendapatkan 90 suara dan suara tidak sah sejumlah 5 suara dari jumlah keseluruhan 361 suara.

Proses pemilihan dilakukan pada Jum’at (4/7) di TPS Wisma Indonesia Khartoum yang berlangsung aman serta tertib.


“Dalam pilpres kali ini, saya melihat PKS sebagai penentu atau kiper. Dengan selisih jumlah suara yang tipis di antara dua pasangan capres-cawapres, maka saksi-saksi yang notabene berasal dari PKS punya kemampuan untuk mengamankan suara dari berbagai kecurangan seperti yang telah terbukti pada pemilu legislatif kemarin dimana saksi PKS turut mengamankan suara partai-partai lain.” komentar salah satu WNI saat penghitungan suara. (im)

@TigaLegion twitter.com





Read more »

25 June, 2014

Didukung Kiai dan Ulama, Prabowo: Allahu Akbar, Allahu Akbar!

REPUBLIKA.CO.ID, PAMEKASAN -- Capres Koalisi Merah Putih Prabowo Subianto mendapat dukungan dari sejumlah kiai dan ulama di Jawa Timur, khususnya Madura. Prabowo merasa berbesar hati mendapat dukungan dari para alim ulama tersebut.

"Hari ini saya merasa semangat. Saya merasa mendapat dorongan besar dari saudara-saudara sekalian, dari para kiai, para ulama." kata Prabowo saat bersilaturahim dengan para kiai, ulama, dan masyarakat yang berkumpul di Pondok Pesantren Al Hamidy Banyuanyar Pamekasan, Madura, Selasa (24/6).

Berkat duungan tersebut, Prabowo semakin percaya diri untuk bisa memperjuangkan apa yang menjadi visi misinya bersama Hatta Rajasa. Ketua dewan pembina Partai Gerindra itu merasa tidak ragu dengan adanya dukungan dari kiai dan ulama.
"Kalau para kiai sudah berada di sebelah saya, masak saya gentar, masak saya takut,masak saya ragu-ragu, masak saya berkecil hati," kata mantan danjen Kopassus itu.

Semangat Prabowo ketika berorasi pun semakin meledak. Dengan nada lantang, ia menegaskan tekadnya membawa Indonesia menuju kemakmuran.

"Demi Indonesiaku akan ku pertahankan kehormatan Indonesia dengan segala kekuatan. Kita tidak akan ragu-ragu membela kepentingan rakyat kita. Untuk rakyat Indonesia, kalau perlu jiwa dan ragaku ku persembahkan kepada bangsa Indonesia. Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar," ujarnya.

Prabowo mengau, ingin selalu dekat dengan para kiai dan ulama dalam mewujudkan cita-cita ke depan. Dengan adanya dukungan ini, ia pun berusaha meyakinkan masyarakat lainnya.

"Kalau para kiai, ulama besar Indonesia bersatu, masak kita kalah. Saudara-saudara sekalian, kita berada di jalan yang benar, kita membela rakyat, kita menentang korupsi, kita ingin membasmi kemiskinan," kata capres nomor urut 1 itu.

Ribuan orang yang hadir, seperti para santri dan warga masyarakat di sana mendengar orasi Prabowo. Saat itu Prabowo pun meminta bantuan untuk bisa mendapatkan mandat rakyat dalam Pemilu Presiden/Wakil Presiden, 9 Juli mendatang.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/pemilu/menuju-ri-1/14/06/25/n7p4lx-didukung-kiai-dan-ulama-prabowo-allahu-akbar-allahu-akbar
Read more »

Kronologi Munculnya Berita 'Hoax' Rakyat Palestina Doakan Jokowi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemberitaan adanya dukungan Duta Besar Palestina Fariz N. Mehdawi untuk calon presiden nomor urut 2, Joko Widodo, ternyata hasil peretasan. Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara langsung mengklarifikasi tidak pernah menyiarkan berita berjudul 'Rakyat Palestina Doakan Jokowi'.

Pemimpin redaksi LKBN Antara Akhmad Kusaeni menjelaskan, pemberitaan tersebut pada awalnya keluar pada Ahad (22/6). Kemudian, berita tersebut dikutip oleh portal berita nasional sehingga menjadi bahan pembicaraan di media sosial.
Berita yang ditulis Agus Sutiyawan tersebut pun langsung dicek oleh Kusaeni. "Saya cek,you bikin berita seperti itu enggak. Dia jawab enggak,"ujar Kusaeni saat dihubungi ROL, Senin (23/6).
Kusaeni kemudian meminta tim teknis Antara untuk mengecek berita tersebut. Berdasarkan penelusuran tim teknis, ujarnya, ada orang di luar Antara yang mencoba masuk ke sistem pemberitaan Antara dan menyelipkan berita itu. Kusaeni mengungkapkan, sang peretas pasti berasal dari luar Antara.

Dia menjelaskan, Antara memiliki sistem distribusi berita dengan sistem VSAT yang merupakan kepanjangan dari Very Small Aperture Terminal. Fungsi utama VSAT adalah untuk menerima dan mengirim data, termasuk berita, lewat satelit.
Menurutnya, sistem tersebut dibangun oleh LKBN Antara sehingga kemungkinan untuk diretas hampir tidak ada. Untuk portal daerah, ujarnya, Antara menggunakan sistemwebdesk yang pertahanannya memang tidak sekuat VSAT.
Dia menjelaskan, kemungkinan sistem webdesk memang di-capture oleh seseorang saat wartawan Antara masih mengakses sistem tersebut. Kemudian, oknum itu meretas dengan menggunakan username dan password wartawan Antara itu.
Hanya, sistem tersebut saat ini tidak digunakan lagi oleh wartawan Antara. "Kalau wartawan Antara, pasti menggunakan VSAT. Habis dari VSAT baru masuk ke portal-portal ,"ujarnya.
Oleh karena itu, Kusaeni menganggap berita tersebut bukan hasil kerja jurnalistik dari wartawan LKBN Antara. Kantor berita itu pun lantas menghapus berita itu. "Beritanya kitadelete. Kita anggap tidak ada karena memang bukan dibuat dan disiarkan wartawan Antara," jelasnya.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/pemilu/hot-politic/14/06/23/n7mm10-kronologi-munculnya-berita-hoax-rakyat-palestina-doakan-jokowi
Read more »

Nasehat K.H. Arifin Ilham Tentang Pilpres 2014

KH. Arifin Ilham, Pimpinan Majelis Az-Zikra, menyeru umat Islam Indonesia untuk meninggalkan perseturuan dan perpecahan terkait dengan momen Pilpres 2014.
“Subhanallah…  Jangan jadikan pemilu ajang perseteruan..! Prabowo dan Jokowi adalah saudara kita juga, kedua-duanya orang baik.. Satu merakyat, satu tegas berwibawa.. Sama-sama memiliki jiwa pemimpin. Mereka cocok menjadi pemimpin. Karena itu mari kita dukung kedua-duanya untuk menjadi pemimpin yang baik..” ujar beliau, “Kita dukung Jokowi untuk memimpin Jakarta, dan kita dukung Prabowo untuk memimpin Indonesia…” sambung beliau.
Menurutnya jika dukungan kita seperti ini, dengan seizin Allah Ta’ala, keduanya pasti menjadi pemimpin, dan kita tidak perlu berseteru apalagi berpecah belah. Pernyataan ini membawa pesan bahwa KH. Arifin Ilham mendukung Prabowo Subianto sebagai Presiden RI.
Bahkan melalui akun Facebooknya KH. Arifin Ilham juga menyatakan telah bermusyawarah dengan Dewan Syariah Majlis Az Zikra mengenai pilihan politik pada Pilpres 2014 yang akan datang, diantaranya adalah Prof. DR. Ali Musthofa Yaqub, Prof. DR Didin Hafifuddin, Prof. DR. Habib Ahmad Al Kaff, Prof. DR Dimyati Baduzzaman, KH Abdur Rasyid Abdullah Syafiii, ustadz Muhammad Tholib (MMI), DR KH Anwar Sanusi, ustadz Ja’far Umar Tholib, DR Muslih Abdul Karim, DR Amir Faisal Fath, Buya DR Saifuddin Amsir, KH Tengku Zulkarnain, Bang Debi Nasution, Abah Roudh Bahar, KH Khodamul Qudus, DR Sunandar Ibnu Nur, Bang Ferry Nur, ustadz Bobby Heriwibowo, ustadz Fadlan Papua, dan ustadz Abi Maki.
Hasil musyawarah tersebut menghasilkan keputusan bahwa Majlis Az Zikra mendukung Prabowo Subianto sebagai Presiden Indonesia, dan mendukung Joko Widodo untuk tetap menjadi gubernur DKI Jakarta sesuai janji beliau fokus memimpin DKI Jakarta.
Majelis Az Zikra juga menyatakan tetap akan menghormati siapapun yang terpilih nanti, dan menyerukan bahwa perbedaan pilihan jangan membuat saling benci dan bermusuhan.
Sumber foto: www.kiblat.net
http://www.al-intima.com/berita-ummat/nasehat-k-h-arifin-ilham-tentang-pilpres-2014
Read more »

Filsafat

Oleh: Akmal Sjafril
Beberapa mahasiswa di sebuah perguruan tinggi tengah ‘dimabuk filsafat’. Setelah mengikuti pelatihan selama beberapa hari, mereka pulang dengan membawa berbagai pertanyaan filosofis. Dalam pandangan mereka, segalanya harus dibedah dengan filsafat. Sebab jika tidak, maka hajat sang akal takkan terpuaskan. Akan tetapi, filsafat itu sendiri yang justru membuat orang tetap ‘haus’, dahaga tak pernah terpuaskan. Semua ini mereka dapatkan setelah beberapa hari saja menjalani indoktrinasi, sedangkan mereka sendiri barangkali tak pernah menyadari telah didoktrin habis-habisan.
Ada di antara mereka yang dengan lantangnya mengulang kata-kata serupa seperti yang dikatakan oleh Wardah Hafidz sebagaimana yang tercantum dalam transkrip wawancaranya di situs Jaringan Islam Liberal (JIL). Kala itu, Wardah dengan berani mengatakan bahwa ia tidak lagi menjalankan shalat sebagaimana yang dilakukan oleh umat Muslim lainnya, sebab cara itu ‘kurang pas’ untuk dirinya. Wardah berkeyakinan bahwa Allah SWT pastilah tidak otoriter, dan karenanya, ia memilih cara shalat yang ‘tidak konvensional’, tidak ritualistik dan tidak ‘mekanis’. Hampir senada dengan Wardah, mahasiswa-mahasiswa malang jaman sekarang pun mempertanyakan tujuan shalat. Kalau sampai yang ditanya menjawab, “Kita shalat karena diperintahkan oleh Allah,” maka mereka akan langsung menimpali, “Kalau begitu, Allah otoriter dong!?”
Stalin membantai sekian banyak rakyatnya sendiri hanya karena mengkritiknya, secara terbuka maupun tidak. Mao Zhedong tidak lebih baik dari Stalin, karena ia melibas siapa pun yang menolak kepemimpinan Partai Komunis di Republik Rakyat Cina (RRC). Hitler dan Mussolini berpikiran fasis dan merasa berhak menindas siapa pun yang tidak satu ras dengannya. Itulah para pemimpin yang disebut otoriter. Tapi ada pula mahasiswa yang ‘menghadiahi’ predikat “otoriter” kepada Allah SWT, sebab Dia mewajibkan shalat yang hanya lima waktu dalam sehari itu!
Kalau orang sudah asyik berfilsafat, macam-macam saja pemikirannya. Setelah membaca buku Karen Armstrong (itu pun tidak sampai khatam), langsung saja mereka bertanya, “Pak Dosen, tolong ceritakan kepada kami bagaimana sejarah Tuhan yang sesungguhnya!” Jika pertanyaan ini masih kurang nyeleneh, simaklah pertanyaan temannya yang lain: “Siapa yang duluan, manusia atau Tuhan?” Kalau sabar menunggu, mungkin akan muncul pula temannya yang lain menyoraki, “Tuhan itu diciptakan oleh akal manusia, dan Dia hanya ada di dalam benak kita semua, bro!”
Agaknya masih banyak orang yang tak mampu memberikan jawaban memuaskan atas pertanyaan ‘standar’ kaum ateis: “Jika Tuhan memang ada, panggil Dia ke sini!” Karena tak sanggup menjawab, maka dengan sangat terpaksa harus tunduk pada kaum ateis. Tapi untuk ‘mencampakkan’ Tuhan sepenuhnya pun tidak gampang. Maka, dikatakanlah bahwa Tuhan itu memang ada, tapi hanya di benak masing-masing. Itu pun hanya bagi yang percaya. Bagi yang tidak percaya, tentu saja tak ada Tuhan.
Para pembenci Tuhan sejak dulu memiliki tempat khusus dalam peradaban Barat, setelah Barat memutuskan untuk bersama-sama meninggalkan agama dan menjadi sekuler. Sigmund Freud, misalnya, menganggap agama tidak lebih dari sekedar gejala neurotik. Artinya, agama itu diciptakan oleh manusia karena kebutuhan akalnya sendiri. Freud, meski teorinya kini telah banyak ditinggalkan orang, tetap saja disanjung-sanjung sebagai tokoh psikologi dunia. Aneh, betapa orang Barat mempercayakan urusan jiwa mereka di tangan seseorang yang punya pemahaman sangat konyol tentang agama. Padahal, reputasi Freud pun sebenarnya tidak bagus-bagus amat. Di masa lalu, tokoh yang satu ini pun pernah mengajukan teori bahwa anak bayi memperoleh kenikmatan seksual dengan mengisap puting susu ibunya dan benda apa pun sebagai penggantinya, misalnya jempol mereka sendiri. Cendekiawan Muslim asal Sudan yang merupakan pelopor cabang ilmu Psikologi Islam, Prof. Malik Badri, menyebut pemikiran-pemikiran Freud sebagai ‘armchair thinking’; pemikiran yang muncul hanya dari observasi kasar yang kemudian diolah dengan otak dan spekulasi sendiri, tanpa pernah bersentuhan dengan realita. Teori Freud tentang ‘kenikmatan seksual yang dinikmati seorang bayi’, tentu saja, begitu jauh dari realita, sama jauhnya dengan pendapatnya tentang agama. Anehnya, pemikiran Freud sampai detik ini masih saja dilestarikan oleh segelintir orang.
Semua mata tertuju pada Karl Marx, karena ia dengan ganasnya memberangus agama dengan kata-kata “Religion is the opium for the people” (agama adalah candu bagi manusia). Tapi janganlah lupa bahwa di negeri ini pernah hidup seorang Harun Nasution yang begitu percaya diri menolak Rukun Iman keenam, yaitu Iman kepada Qadha’ dan Qadar, dengan alasan bahwa keimanan kepada Qadha’ dan Qadar ini membuat umat Muslim menjadi lemah karena cenderung pasrah pada keadaan. Berlainan sedikit dengan Marx yang menganggap bahwa agama telah melenakan manusia, Harun Nasution beranggapan bahwa Iman kepada Qadha’ dan Qadar telah melenakan manusia. Mungkin Harun lupa bahwa dalam khazanah pemikiran Islam pernah terjadi perdebatan antara kaum qadariyyah dan jabbariyyah; secara sederhana, kelompok yang pertama beranggapan bahwa segala sesuatu telah ditakdirkan Allah, dan karenanya, mereka tak perlu berusaha, sedangkan kelompok yang kedua justru menafikan hal tersebut, sehingga mereka menisbatkan segala kejadian sebagai hasil usahanya sendiri. Dalam pandangan alim ulama, kedua kelompok ini sama-sama dianggap ekstrem. Keimanan yang benar terhadap Qadha’ dan Qadar tidak semestinya membuat manusia menjadi pasif dan malas berusaha. Sebaliknya, naluri untuk berusaha maksimal dan bekerja keras tak perlu membuat seorang Muslim sampai melupakan adanya ‘campur tangan’ Allah SWT dalam segala sesuatunya. Sebagaimana kita mengenal konsep ikhtiar, kita pun sangat memahami konseptawakkal.
Apa dinyana, Harun Nasution justru memiliki pengaruh yang luar biasa besar hingga saat ini di kampus-kampus UIN/IAIN di seluruh Indonesia. Bukunya menjadi bacaan wajib bagi seluruh mahasiswa di perguruan-perguruan tinggi tersebut, dan namanya masih disanjung-sanjung sebagai pembaharu (mujaddid) hingga kini.
Yang sudah ‘berkarat’ dalam filsafat akhirnya terjun bebas ke kedalaman filsafat Friedrich Nietzsche yang seratus persen ateis dan anti-teis. Nietzsche-lah yang dengan vulgarnya bersorak, “God is dead!” Pada akhirnya, Nietzsche-lah yang menemui kematian, sedangkan umat manusia hingga detik ini masih terus percaya pada keberadaan Tuhan, meski tentu saja ada pula yang masih mengikuti Nietzsche. Akan tetapi, yakinlah, mereka yang mengikuti Nietzsche pun kelak akan mati. Soal kematian ini, tak ada filsafat yang bisa membantahnya.

Yunani Kuno
Banyak orang belajar filsafat dari Barat, dan konon Barat mengambil akar filsafatnya dari pemikiran para filsuf Yunani kuno. Para mahasiswa Muslim di tanah air yang sedang asyik berfilsafat pun akrab dengan nama-nama Plato, Aristoteles, Socrates dan seterusnya. Dalam pikiran mereka, akal kaum filsuf Yunani kuno ini sedemikian hebatnya sehingga produk pemikiran mereka masih bisa digunakan hingga hari ini; kontras dengan pemikiran para ulama – yang lahir jauh lebih belakangan daripada jaman Yunani kuno – yang (menurut mereka) sudah banyak yang tidak up-to-date, bahkan kedaluwarsa.
Sayangnya, pengetahuan mereka tentang Yunani kuno begitu mentah. Nyaris tak ada satu pun di antara mereka yang serius belajar tentang peradaban Yunani kuno, bagaimana corak pemikirannya, dan apa sebab mereka memilih jalan berpikir yang demikian. Amat disayangkan, sebagian besar orang mengenal Yunani justru dari film-film Hollywood.
Untuk mengenal Yunani kuno, kita tidak mungkin mengabaikan begitu saja kisah-kisah mitologinya. Orang Yunani menggunakan mitologi bukan hanya untuk mengajarkan seperangkat nilai, melainkan juga untuk menjelaskan kepercayaan agamanya sendiri.
Hesiod, misalnya, menulis sebuah buku yang diberinya judul Theogony, yang artinya adalah “Kelahiran Dewa-dewi”. Buku ini bukan sekedar karya sastra biasa, sebab ia dipercaya menceritakan asal-usul para dewa dengan sesungguhnya. Dalam buku itu pun, Hesiod mengaku telah diberitahu oleh para Muse, yaitu anak-anak perempuan Zeus yang senantiasa hadir untuk memberi inspirasi kepada para penyair seperti Hesiod. Karena Theogony ini ditulis dengan ajaran langsung dari para Muse, maka ia dianggap valid.
Singkat cerita, sejak awal masa telah hadir suatu entitas kedewaan bernama Chasm, disusul kemudian oleh Gaia, Tartaros, dan Eros. Chasm kemudian melahirkan beberapa orang anak, sedangkan Gaia kemudian melahirkan Ouranos, yang kemudian menjadi pasangannya sendiri. Jadi, sebelum berpasangan dengan Ouranos, Gaia berkembang biak secara aseksual.
Belakangan, setelah melahirkan banyak anak, kebencian kepada Ouranos tumbuh dalam jiwa Gaia. Pasalnya, setiap kali Gaia melahirkan seorang anak, Ouranos langsung menutup rahimnya sehingga anak-anak berikutnya tidak jadi dilahirkan. Ouranos merasa senang melakukan hal yang demikian, maka Gaia pun mewariskan kebenciannya pada anak-anaknya sendiri. Gaia pun kemudian menggelar ‘tender’ kepada anak-anaknya untuk mencelakai ayah mereka sendiri. Salah seorang anaknya, Kronos, kemudian menyanggupi. Dengan suatu muslihat, Kronos berhasil memotong kelamin Ouranos dan menghentikan kezalimannya untuk selamanya.
Berikutnya, giliran Kronos yang berkeluarga bersama Rheia, dan melahirkan beberapa dewa Yunani yang sudah sangat dikenal, antara lain Hades dan Zeus. Akan tetapi setelah itu, Kronos mulai bertingkah seperti ayahnya dahulu. Karena ia khawatir kelak akan ada salah seorang anaknya mencelakai dirinya seperti ia dahulu mencelakai Ouranos, maka Kronos pun mulai memakan anak-anaknya sendiri yang baru saja lahir dari rahim Rheia. Maka, Rheia pun bersekongkol dengan Gaia – ibu mertuanya sendiri – dengan suatu cara sehingga ia bisa menipu Kronos. Rheia melahirkan Zeus di Krete, kemudian Gaia membesarkannya. Sementara itu, Rheia membungkus sebongkah batu dan menyerahkannya pada Kronos. Kronos, yang menyangka batu itu adalah anaknya, segera menelannya bulat-bulat.
Pada akhirnya, Zeus menggulingkan Kronos seperti Kronos dahulu menggulingkan Ouranos. Hanya saja, Zeus akhirnya berhasil mendapatkan kekuatan yang mahadahsyat yang tak tertandingi oleh siapa pun, sehingga ia pun menjadi dewa terkuat dalam kepercayaan Yunani kuno.

Tujuan
            Mengapa mitologi Yunani kuno – dalam hal ini adalah kisah dalam buku Theogony – perlu diulas agak panjang lebar di sini? Hal itu dilakukan tidak lain untuk memberikan gambaran mengenai tujuan bangsa Yunani kuno berfilsafat.
Kita dapat membayangkan, betapa kacau-balaunya kepercayaan masyarakat Yunani kuno pada masa itu. Masih ada ratusan nama dewa-dewi lainnya yang belum disebutkan di atas, dan masing-masing berpolitik; adakalanya mereka bekerja sama, adakalanya pula bersekongkol untuk saling menumbangkan. Nilai moral menjadi sangat tidak jelas, sebab dewa-dewinya pun tidak berpegang teguh pada moralitas yang luhur. Mengenai ‘moralitas para dewa’ ini, kita pun dapat bercermin pada kisah The Odyssey karya Homer, yang menggambarkan tipu muslihat para dewa, dan – anehnya – tipu muslihat itu pun bisa dikalahkan oleh kecerdikan akal manusia.
Dalam kondisi pemikiran yang carut-marut seperti itulah filsafat Barat dilahirkan. Mereka terpaksa mengerahkan segala kemampuan otaknya untuk memahami kebenaran, sebab tidak ada wahyu yang membimbing, atau lebih tepatnya, mereka telah kehilangan bimbingan wahyu tersebut. Itulah sebabnya salah seorang filsuf Yunani pernah berujar dengan nada lirih, “Tuhan telah menciptakan, namun kemudian ia pergi dan diam saja.” Itulah masyarakat Yunani kuno, yang telah kehilangan arah dan berjuang sendiri-sendiri untuk menemukan kebenaran.
Bagi mereka, tentu saja kebenaran harus dicari dengan logika, dan kadang-kadang apa yang dianggap benar oleh suatu generasi akan diralat oleh generasi berikutnya. Semestinya, umat Muslim yang dibimbing oleh wahyu (al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw) tidak mengalami kebingungan yang sama sebagaimana yang dialami oleh Barat.
Untuk menghadapi ‘tantangan’ filsafat dari Barat, tampillah tokoh-tokoh seperti Imam al-Ghazali. Tentu saja, al-Ghazali tidaklah ma’shum, sebab ia bukan seorang Nabi. Akan tetapi, di balik segala kekurangannya, kita akan menjumpai semangat yang membara dalam melawan serangan pemikiran dari Barat.
Filsafat al-Ghazali tidaklah sama dengan filsafat Barat. Sebab, tujuan mereka berfilsafat pun sangat berlawanan. Jika orang-orang Barat berfilsafat karena mereka tidak dibimbing wahyu, maka para filsuf Muslim justru berfilsafat untuk menjelaskan kebenaran wahyu. Maka, jika kita mengikuti orang Barat yang berfilsafat, tidaklah mengherankan jika cara berpikir kita semakin jauh dari agama.
Pada akhirnya, mudah saja membedakan mana yang serius berfilsafat untuk mencari kebenaran dengan yang tidak. Tengoklah perangainya! Jika ibadahnya semakin kuat, maka bisa dipastikan bahwa ia sangat serius memikirkan Tuhan. Tapi jika lisannya terus mengucap nama Tuhan, hobinya berdebat soal Tuhan dan sibuk mempertanyakan Tuhan, namun akhlaqdan ibadahnya tidak ada perubahan, maka bisa dipastikan bahwa ia berfilsafat sekedar untuk melakukan ‘kenakalan intelektual’ yang sangat tidak terhormat.
Sumber : http://www.al-intima.com/ghazwul-fikri/filsafat
Read more »

 

PKS TV Sudan